Selasa, 04 November 2008

Dongeng dan Legenda Indonesia

Dongeng dan Legenda Indonesia

Visualisasi Cerita Budaya Masyarakat Indonesia Maraknya sinetron jiplakan di layar kaca akhir-akhir ini, rupanya membuat sebagian orang merasa pesimis dengan produktivitas penulis di tanah air. Padahal jika dilihat dari segi sejarah bangsa Indonesia, masih banyak cerita lokal yang bisa di angkat ke layar kaca. Dongeng dan Legenda misalnya. Merupakan serial yang temanya diangkat dari cerita masa lalu masyarakat. Bahkan, dua jenis sinetron ini mampu menyumbang perolehan rating terbanyak stasiun televisi, salah satunya adalah TPI. Seperti apa format Dongeng dan Legenda ini? Dua orang kakak beradik bernama Dewi dan Duyung memiliki sifat berbeda. Dewi memiliki sifat sangat manja, sedangkan Duyung sangat mengalah dan penurut. Suatu hari Duyung memasak seekor ikan untuk lauk ayahny, namun pada saat yang bersamaan, Dewi terus merengek meminta ikan itu. Dengan berat hati, akhirnya Duyung memberikan ikan itu untuk Dewi. Ketika sang ayah pulang dan tidak melihat ikan yang dipesan, Duyung mendapat omelan karena mengaku memakan ikan tersebut. Dengan hati sedih, Duyung akhirnya pergi ke sungai untuk mengganti lauk ikan buat ayahnya. Sesampainya di sungai, Duyung bertemu dengan peri penjaga sungai. Ia pun meminta bantuan peri untuk mendapatkan seekor ikan. Karena terkesan dengan kebaikan hari Duyung, Peri itu pun akhirnya mengabulkan Duyung namun dengan satu syarat. Yaitu, ikan yang dibawa pulang oleh Duyung tidak boleh dimakan habis sampai ke kepala dan tulangnya. Dua bagian tersebut harus dikubur layaknya manusia. Duyung pun menyanggupinya. Dengan hati senang, ia pun memasak ikan itu untuk ayahnya. Ketika sang ayah memakannya, Duyung menunggu dengan rasa was-was dan takut. Ia berjaga agar sang ayah tidak memakan kepala ikan tersebut. Namun, bencana lain terjadi. Saat kepala ikan hendak dirapihkan, seekor kucing datang dan membawa pergi. Duyung pun berusaha mengejar kucing tersebut. Tapi karena kucing terlalu gesit, ia kehilangan jejak. Duyung tak sengaja telah melanggar sumpah. Peri penjaga sungai kemudian datang menemui Duyung. Peri lalu menjelaskan bahwa ikan yang telah diberikannya tak lain adalah jelmaan dari salah satu rakyatnya yang tinggal di dalam sungai. Duyung meminta maaf sambil menangis. Tapi peri penjaga sungai tetap menuntut sumpah Duyung. Ia meminta Duyung untuk menjadi pengganti rakyatnya yang hilang karena keteledorannya. Sejak saat itu, Duyung tinggal di alam bawah sungai, menjadi seekor ikan yang kini bernama ikan Duyung. Cerita asal mula putri duyung di atas merupakan sebagian dari rententan serial Dongeng dan Legenda Indonesia yang di tayangkan oleh TPI. Dengan mengambil tema cerita masa lampau yang sampai saat ini masih tetap dipercaya dalam kultur masyarakat Indonesia, TPI menghadirkan sebuah tontonan yang sarat dengan nilai-nilai sosial dan pendidikan. Sebagai stasiun televisi yang berslogan “Makin Indonesia Makin Asyik Aja”, beragam cerita menarik dari daerah Indonesia kini bisa ditemui di layar TPI. Lewat tayangan bertajuk Sinema Asyik, berbagai macam Dongeng dan Legenda masyarakat bisa dimengerti dan sekaligus dipelajari unsur pesan yang dibawanya. “Kami bekerja sama dengan Lunar Jaya Film, berusaha mengangkat kembali cerita-cerita rakyat yang pernah populer di berbagai daerah ke layar kaca, mengingat cerita seperti ini adalah salah satu aset budaya bangsa Indonesia,” kata Humas TPI, Theresia Ellasari. Lebih jauh Ella juga menjelaskan jika hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai cerita dengan nilai budaya tinggi. Oleh sebab itulah, pelestariannya mutlak dilakukan mengingat tidak sedikit generasi penerus yang sudah lupa. “Kisah-kisah humanis tersebut sebenarnya sejak dulu tetap abadi di masyarakat. Selama ini, cerita itu umumnya dibuat dalam bentuk tertulis sehingga penyebaran kepada masyarakat kurang maksimal,” jelasnya. Dongeng dan Legenda Indonesia sendiri termasuk dalam program Sinema Asyik TPI, dan dikemas dalam bentuk sinetron lepas. Sedangkan untuk jam tayang, keduanya memiliki perbedaan dan tergantung kondisi. Seperti musim liburan sekolah beberapa waktu lalu, serial Dongeng bisa tayang setiap hari pada jam-jam prime time. “Legenda Indonesia tayangnya setiap Kamis pukul 19.00 WIB, dan seiap episodenya berdurasi 120 menit,” tambah Ella. Selain cerita yang disuguhkan berasal dari daerah, menurut Ella pemirsa yang menyaksikan Legenda Indonesia juga akan dimanjakan dengan berbagai atribut kedaerahan yang terdapat pada sinetron tersebut. Pemirsa diajak untuk mengenal lebih dekat dengan kebudayaan daerah yang tentunya dapat menambah khazanah pengetahuan dan wawasan tentang kekayaan budaya Indonesia. Meski tak memasang nama-nama besar sebagai pemeran utama, sinetron lepas ini tetap menjadi pilihan yang layak untuk disaksikan. Berbeda dengan sinetron drama yang sdang marak diputar stasiun televise, Dongeng dan Legenda Indonesia memberikan alternatif tontonan berbeda dari segi cerita. Beberapa judul yang pernah ditayangkan contonya adalah. Batu Nona Menangis, Timun Mas, Sangkuriang, Legenda Danau Toba, Legenda Selat Bali, Legenda Gunung Batur Bali, Ande-Ande Lumut, Bawang Merah-Bawang Putih, Jaka Tarub, dan Siuk Bimbim Siuk Bambam. Produk Lama TPI. Berkembangnya sinetron berlatar belakang dongeng dan legenda masyarakat di stasiun televisi, rupanya berhasil menggeser dominasi cerita misteri dan religi yang beberapa tahun belakangan mendominasi. Berdasarkan hasil survei AGB Nielsen, tidak kurang dari 18 judul sinetron dongeng dan legenda menghiasi layar kaca setiap minggunya. Dan dari jumlah itu TPI menduduki peringkat pertama dengan rekor 11 judul. Dari sekian banyak rumah produksi yang membuat sinetron berlatar belakang dongeng dan legenda, Lunar Jaya Film bisa jadi yang pertama dalam halal pembuatannya. Sejak sinetron religi menjadi tren 3 tahun silam, rupanya rumah poduksi ini sudah bekerja sama dengan TPI menayangkan dongeng dan legenda. “Pertama kali kami membuat sinetron ini bersamaan dengan tenarnya sinetron religi. Meski sama, namun formatnya sekarang mengalami perubahan, segmen pemirsanya lebih ke anak-anak,” jelas Titin, pemilik sekaligus pendiri rumah produksi Lunar Jaya Film. Meski lebih banyak menampilkan pemain-pemain baru, namun titin tidak setuju jika biaya produsi sinetron dongeng dan legenda sangat rendah. Menurut Titin ang terjadi justru malah sebaliknya, karena lebih banyak mengunakan efek, konstum yang unik, serta lokasi syutingnya yang lebih sering dilakukan di luar kota. “Sejauh ini biaya produksinya lebih besar karena lebih banyak mengunakan efek dan animasi. Perbandingannya, 60 persen hasil syuting dan 40 persen efek dan animasi. Syuting juga dilakukan ditempat dimana dongeng dan legenda itu berasal, misalnya sangkuriang, maka lokasinya di lereng gunung Takuban Perahu,” tambahnya. Senada dengan Titin, menurut sutradara sinetron Si Entong, Helmi A Mochtar Sum, fenomena cerita dongeng dan legenda yang meledak di layar kaca, merupakan akibat adanya pergeseran tren di masyarakat. Banyaknya cerita saduran dan drama yang sulit dicerna, membuat masyarakat mencari alternative tontonan yang lebih ringan dan menghibur. “Sekarang dominasinya sudah jelas, dari jam tayang sampai perolehan rating dikuasai cerita dongeng dan legenda,” paparnya.

Melihat sejarah sinetron misteri dan religi yang tidak terlalu lama merajai layar kaca, apakah dongeng dan legenda akan bernasib sama? dengan tegas Helmi menjawab tidak sama. Selain banyak membawa unsure pesan pengetahuan yang diperlukan oleh masyarakat, pengemar setianya yang kebanyakan anak-anak, membuat keduanya tahan lama. “Menurut saya tren ini akan bertahan lebih lama dibandikan dengan tren mister dan religi,” tandasnya.

Manoj Punjabi (MD Entertaiment)Jauh Hari Sudah Memprediksi Tren tayangan dongeng dan legenda ini sebenarnya sudah jauh-jauh hari diprediksi pemilik rumah produsi MD Entertaiment, Manoj Punjabi. Meski bukan yang pertama, namun dalam membuat sinetron berlatar belakang dongeng dan legenda, MD selalu berusaha memberikan tayangan alternatife kepada pemirsa.”Dari dulu saya sudah berfikir kalau kapan-kapan dua jenis sinetron ini akan booming. Selain itu sukses Bawang Merah Bawang Putih menjadi pijakan awal membuatnya,” akunya. Kekuatan ide cerita yang diambil dari budaya masyarakat merupakan kelebihan tersendiri bagi sinetron berlatar belakang dongeng dan legenda. Selain itu pesan moral di dalamnya juga bisa dinikmati oleh semua kalangan umur. Dua hal inilah yang menurut Manoj menjadi kunci sukses dua jenis sinetron ini, apalagi jika dilihat dari segi pengemar setianya adalah anak-anak yang selama ini dijejali sinetron yang tidak sesuwai dengan usia.

“Dongeng dan legenda itu sangat dekat dengan masyarakat. Jika sebelumnya sudah pernah dengar satu saja cerita dongeng atau legenda, maka sudah ada ikatan batin. Inilah yang membuat pemirsa segala umur merasa penasaran untuk mengetahui cerita-cerita yang lain. Jadi seperti ingin melihat bentuk visualisasi dar cerita yang sudah pernah didengar atau dibaca,” jelasnya.